Departemen Komunikasi serta Informatika menyebut semenjak 2014 sampai 10 Mei 2020 grupnya sudah memutus akses 800. 645 konten perjudian di bermacam platform digital.
Tetapi pemberantasan judi online di INDONESIA berat lantaran web ataupun aplikasi judi online terus bermunculan dengan nama yang berbeda beda atau bisa dibilang berbeda nama situs , walaupun aksesnya sudah diputus.
” Duit tabungan habis, mobil aku jual karena kebanyakan bermain judi online”
Dion, bukan nama sesungguhnya, berkata tidak terdapat duit yang tersisa di tabungannya sehabis nyaris setahun lebih bermain judi online.
” Menang tidak berasa, tetapi kalah malah berasa. Kebalik kan?”
Laki- laki 30 tahun ini memahami judi online semenjak 2017 dari seseorang kawan. Tetapi dikala itu, dia mengaku tidak sangat edan main judi.
” Iseng, sebab sahabat aku menang bisa motor satu. Tergiurlah. Aku kemudian bertanya, main apa? Dikasih ketahui situsnya, aku mendaftar.”
” Waktu itu belum kerap mainnya, masih santai.”
Kala pandemi menyerang, judi online slot tiba- tiba terkenal. Yuda juga tertarik berupaya sebab mudah dipahami.
Duit hasil menang judi togel online sebesar Rp500. 000, langsung dipertaruhkan buat judi slot.
Semalaman bermain, dia menemukan Rp7 juta.
Kenapa dapat kecanduan berjudi?
Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, berkata pandemi Covid- 19 yang menghancurkan banyak perekonomian keluarga jadi aspek utama kenapa banyak orang terjebak pada judi online.
Aspek selanjutnya merupakan kejenuhan.
Judi online yang dibalut semacam game game biasa, menggoda orang- orang tergoda sampai bisa merelakan apapun buat berupaya sebab dapat diakses kapan juga serta di mana juga.
” Manusia itu pada prinsipnya pemain permainan. Menariknya judi online energi pikatnya melalui game. Ini yang setelah itu mendesak orang tanpa disadari terperangkap dalam judi online. Ujungnya mereka telah kecanduan.”
” Judi online menghasilkan keseruan dan menghasilkan seseorang sangat kecanduan, membuat orang tertantang, termotivasi, serta penasaran.”